Majalah Eksekutif terbit sejak 1979 dan Majalah MATRA terbit 1986, Eksis Hingga 2022

oleh

Media Cetak Yang Bertahan Hingga 2022

Koranprioritas.com — Media cetak bukanlah sekadar kertas, tetapi memiliki kekuatan dan nilai pada tiap tulisannya.

Tak banyak yang memiliki histori seperti majalah Eksekutif dan majalah MATRA.

Majalah Eksekutif merupakan bacaan pebisnis dan gaya hidup terbit sejak 1979. Sedangkan majalah MATRA dulu dikenal sebagai majalah Trend Pria, hadir sejak 1986.

Waktu berjalan. Sumber daya manusia keluar dan masuk, tapi “roh” untuk menjadi bacaan yang dibutuhkan dan kekinian, terus dilakukan.

Dengan tagline: “Jangan mengaku eksekutif, jika belum membaca majalah eksekutif.”

Sedangkan majalah MATRA, dari beken sebagai majalah Trend Pria. Saat ini menjadi Majalah Trend Peristiwa.

Kenapa?

Karena bukan saja pria yang mengintip atau membaca. Kaum perempuan senang membaca edisi cetak majalah MATRA. 

Majalah MATRA dan Eksekutif, kadang berada di ruang tamu rumah pemimpin bangsa, para pejabat sebagai bacaan sembari ngopi sore. Kadang menjadi goodybag souvenir.

Menjadi referensi, terus memantau kecenderungan yang hangat (trend) di tengah masyarakat.

Sebuah ukuran yang sedang bergerak, atau lahir di tengah masyarakat yang punya kemungkinan digali, dianalisis, atau dikomentari di masyarakat, “digodok” di rapat redaksi.

Di situlah, semua pihak mulai dari bidang pemasaran, iklan, sampai bagian promosi urun rembuk. Semua orang punya hak yang sama. Sama-sama berhak mengusulkan atau menolak usulan.

Perdebatannya seru, disertai argumen masing-masing.  Semua materi yang akan ditulis, sampai adegan fotografinya di majalah eksekutif ini, pasti lewat mekanisme rapat redaksi. Sehingga, apa pun yang keluar di majalah merupakan tanggung jawab institusi, bukan personal.

Majalah EKSEKUTIF dibaca para pebisnis, menjadi referensi untuk keputusan dan menjadi bagian dari socialpreneur dan gaya hidup.

Sama halnya MATRA yang menjadi referensi para petinggi bangsa, sosok penentu kebijakan hingga kaum akademisi dan menjadi referensi kedutaan besar, bagi yang ingin melihat dan memantau sosok atau figur-figur berkualitas.

Sebagai majalah bulanan yang menyajikan bacaan populer, wartawan majalah Eksekutif dan majalah MATRA pun bekerja dengan asas “kode etik jurnalistik” yang disepakati organisasi wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers.

Kode Etik Wartawan Indonesia.

Berupaya menjaga integritas dan kepercayaan atas berita yang dipublikasikan. Majalah MATRA dan Eksekutif mempertahankan ciri khasnya dalam menyajikan sebuah berita. 

Dan, kami selalu menghormati dan meningkatkan kemampuan untuk memahami dan mengimplementasikan kode etik sebagai lilin pemandu.

Pers yang profesional bukanlalah pers yang tidak pernah salah, tetapi pers yang profesional adalah pers yang jujur dan kesatria mengakui kesalahan melalui mekanisme jurnalistik, penghormatan hak jawab dan hak koreksi.

Artinya, jika ada yang berkeberatan atau tak suka dengan apa yang dimuat di majalah eksekutif, berlaku spirit dan substansi dari UU Pers yang ada.

Di dunia pers, kita mengenal hak jawab untuk seseorang atau sekelompok orang memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan “yang memukul” dirinya sehingga nama baiknya tercederai.

UU Pers memang dilahirkan secara khusus untuk menyelesaikan permasalahan akibat pemberitaan pers.

Pers wajib melayani hak jawab dan juga lewat hak koreksi yang tidak harus selalu datang dari pembaca. Redaksi yang mengetahui lebih dahulu kesalahan berkewajiban juga membuat koreksi atau ralat terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau yang tidak benar yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan.

Berangkat dari itulah, eksekutif dan matra terus eksis dan hadir.

Lewat tangan orang-orang andal yang profesional di bidangnya, kami menjunjung tinggi semangat idealisme. Dalam bekerja, kami juga meriset dan menginvestigasi.

Dalam menulis, kami pun memakai acuan, agar tulisan menjadi padat berisi, ringkas, cerdas, namun tetap bergaya. Hasil foto visual yang indah yang dipilih dan disajikan selalu didasarkan pada penggalian dari suatu kawasan art atau seni.

Ringkasnya, dimensi yang berkaitan dengan masalah-masalah pria menjadi prioritas utama dalam penyajian, dan dikemas menjadi artikel populer.

Daya kreatif itulah sumber semangatnya. Menjadi bacaan yang sehat dan mendidik.

Harapan lebih jauh lagi, tentu semoga mampu pula menerbitkan timbulnya pemikiran dan perenungan (atau pencerahan).

Sekaligus juga menyiratkan pemahaman bahwa “suatu hasil karya kreatif yang baik tentu akan memiliki daya jual yang baik pula”.

Media cetak merupakan salah satu bentuk dari media komunikasi massa. Media cetak ditemukan pertama kali oleh Johannes Gutenberg pada tahun 1455.
Pada awalnya ia menggunakan media cetak untuk mencetak bible melalui teknologi yang ia temukan itu.
Dengan teknologi tersebut juga mendorong peningkatan produksi buku pada zaman itu.
Pada perkembangan awal, media cetak dibuat dengan menggunakan mesin tik untuk membuat suatu iklan produk, agar iklan produk tersebut lebih menarik biasanya ditambahkan gambar-gambar atau animasi yang dibuat secara manual menggunakan pena.
Pada periode 1960-an, media cetak mengalami perubahan besar. Mesin tik yang telah lama digunakan untuk menghasilkan tulisan digantikan dengan mesin komputer.
Mesin komputer dianggap lebih ekonomis dan efisien karena selain dapat menghasilkan tulisan, mesin ini pun juga dapat menghasilkan gambar maupun ilustrasi.
Selain itu, dengan mesin komputer kita tidak perlu membuang kertas bila ingin mengganti tulisan yang salah. (Rantona, 2016).
Dengan perkembangan mesin komputer ini pun mempengaruhi perkembangan mesin lain seperti mesin fotokopi maupun printer.
Media cetak yang berkembang di masyarakat Indonesia yaitu majalah, koran, booklet dan brosur, surat langsung, handbill atau flyer (sebaran atau edaran), billboard, press release, dan buku.
Media cetak menjadi bagian dari konvergensi antara media digital, dimana majalah MATRA dan Eksekutif bisa dibeli di Gramedia Digital dan My Edisi, platform jual beli majalah edisi digital.