Lima Hal Terkait Penerapan Empati Digital dan Kejujuran Dalam Menyampaikan Kronologi dan Informasi Pada Peristiwa di Stadion Kanjuruhan

oleh

[ad_1]

Seluruh masyarakat sedang berduka, utamanya keluarga besar dari 174 orang saudara kita yang meninggal dunia, maupun yang dirawat karena kejadian di Stadion Kanjuruhan.

Ini juga duka setiap warga, duka seluruh bangsa Indonesia dan dunia. Mari luangkan waktu, kita wajib mendoakan.

Satu nyawa saja tidak boleh hilang karena pertandingan apa pun, apalagi 174 nyawa (data sementara dari teman-teman wartawan per pukul 13.10 WIB)

Jumlah ini terbesar sepanjang sejarah pertandingan olahraga di Indonesia, dan yang kedua terbesar dalam sejarah sepakbola di dunia ini.

Jumlah sangat besar ini tidak boleh jadi sekadar angka, sebab bagi keluarga, ini adalah luka, kesedihan yang tidak akan terlupa.

Untuk itu, dengan hormat kami mengimbau:

1) Agar kita tidak mem-posting hal-hal yang membuat keluarga dari korban, baik yang meninggal dunia maupun dalam perawatan menjadi semakin terluka, marah, dll.

Belajar dari Almarhum Pak Sutopo BNPB, utamakan berempati, menghayati apa yang dirasakan oleh seluruh keluarga besar korban yang ditinggalkan oleh orang-orang yang sangat dicintai.

2) Kepada para penyelenggara, panitia, pejabat, aparat, dll agar menyampaikan informasi yang benar, jujur, sehingga masyarakat tidak kecewa, marah.

Sebaiknya yang disampaikan adalah bahan yang sudah ditulis terlebih dahulu dan telah dicek berlapis kebenarannya.

Belajar dari sejarah, bahwa prinsip kejujuran adalah kebijakan yang terbaik harus diterapkan dalam setiap konten, konforensi pers, interaksi, data, perkembangan informasi dll.

Kejujuran, keseriusan, hukuman dapat membuat kejadian menyedihkan ini tidak terulang kembali.

Abaikan soal nama baik organisasi dan orang per orang, utamakan kejujuran dalam seluruh proses untuk perbaikan.

3) Kepada seluruh netizen, utamanya para pejabat publik yang digaji negara, agar menahan diri dari mem-posting hal-hal yang tidak relevan, seperti konten liburan, pamer kekayaan, dan konten-konten lain yang jauh dari sikap empati sebagai sesama keluarga besar bangsa Indonesia. Empati adalah kunci kerjasama.

4) Hindari menggunakan emoticon, emoji dalam konten ucapan duka, karena bisa menyebabkan salah duga, salah tafsir.

5) Berhati-hati dalam membuat, menyebarkan konten apa pun (foto, video, teks, audio, dll). Informasi yang benar mempercepat perbaikan, hoaks semakin menambah kebingungan, dan kerusakan.

Demikian, mari kembali kita berdoa, agar Tuhan YME, Allah SWT memberikan surga untuk saudara2 kita, menguatkan, menganugerahi kesabaran pada keluarga yang ditinggalkan. Allahumma amiin.

Duka mendalam, hormat kami, Jakarta 2 Oktober 2022, Hariqo Satria, Pengamat Media Sosial dari Komunikonten, CEO Global Influencer School.

https://www.instagram.com/p/CjM0kLBhMkA/?igshid=NDRkN2NkYzU=



[ad_2]

Source link