[ad_1]
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Josef Nae Soi, melaporkan banyak anak-anak terdampak bencana yang mengalami trauma. Pemerintah daerah berupaya melakukan kegiatan pemulihan trauma dengan melibatkan para psikolog.
“Kemarin (7 April -red) sudah ditemukan satu anak yang umurnya dua tahun terendam oleh lumpur dan masih hidup, tetapi kita tahu banyak sekali anak-anak yang cukup trauma dengan banjir bandang akibat siklon tropis ini,” ungkap Josef Nae Soi dalam konferensi pers secara virtual yang digelar oleh BNPB dari Kabupaten Sikka pada Kamis (8/4).
Situasi tersebut turut dibenarkan oleh Eben Ezer Sembiring, Zonal Manager Wahana Visi Indonesia (WVI) Nusa Tenggara Timur. Bencana banjir bandang disertai angin kencang yang melanda wilayah NTT menyebabkan trauma pada anak-anak yang mengalami peristiwa itu.
“Sepengamatan kami anak-anak memang mengalami trauma. Bahkan kita lihat dari keluarga staf Wahana Visi saja yang memiliki anak, ada yang mengalami trauma dengan menangis dan ketakutan ketika mendengar suara-suara yang mirip dengan situasi pada saat bencana,” kata Eben kepada VOA saat dihubungi dari Palu, Jumat (9/4).
Usia anak yang perlu mendapatkan perhatian dari dampak trauma berada di rentang usia lima hingga 18 tahun yang telah mengerti dengan situasi yang mereka alami pada saat bencana terjadi.
WVI Nusa Tenggara Timur sudah melakukan kajian cepat serta berkoordinasi dengan berbagai pihak yang memiliki kapasitas untuk kegiatan pemulihatan trauma anak-anak. Hal tersebut dilakukan melalui kegiatan rekreatif yang diisi dengan kegiatan bernyanyi dan kegiatan bermain yang dapat menghibur mereka yang berada di tempat-tempat pengungsian.
Antisipasi Penyebaran COVID-19
WVI Nusa Tenggara Timur mengatakan dampak bencana alam menyebabkan banyak keluarga kehilangan tempat tinggal sehingga harus mengungsi ke tempat lain dengan bekal seadanya. Situasi ini memerlukan perhatian semua pihak untuk memastikan setiap keluarga yang terdampak bisa mendapatkan tempat perlindungan (shelter) yang aman, pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup serta mengantisipasi terjadinya infeksi COVID-19.
“Memastikan masyarakat yang terdampak banjir yang belum bisa tinggal di rumah masing-masing, mendapatkan shelter yang aman juga dalam situasi COVID saat ini. Supaya tidak juga menjadi rentan terhadap penularan COVID, memastikan ketahanan pangan, memastikan pelayanan medis,” harap Eben Ezer Sembiring.
Data BNPB yang dirilis pada Jumat (9/4) menyebutkan jumlah pengungsi dalam peristiwa bencana alam siklon tropis Seroja di NTT mencapai 15.531 jiwa yang tersebar di 14 kabupaten dan satu kota. [yl/ah]
[ad_2]
Source link