[ad_1]
Oleh: Dian Kusumaningrum (Aliansi Masyarakat Yogya Keren)
Setelah deklarasi Ganjar Pranowo sebagai calon presiden usungan trio partai PDIP, PPP, dan Hanura, kabar tentang pencalonan Anies Baswedan seperti terkubur di bawah tanah dan tak terdengar lagi. Seluruh lapisan masyarakat Indonesia sedang menikmati euforia deklarasi Ganjar yang sangat meriah dan sangat kuat.
Koalisi Anies Baswedan yang bernama koalisi perubahan untuk persatuan dinilai tidak begitu kuat pengaruhnya dalam pemilu 2024 nanti. Melemahnya elektabilitas Anies Baswedan juga menunjukkan betapa kurangnya koalisi PKS-Demokrat-NasDem ini di seluruh Indonesia.
Ambil contoh di pulau berpenduduk terpadat di Indonesia yakni Jawa. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak usah diragukan lagi akan dikuasai oleh Ganjar. Sebab Ganjar sudah sangat erat hubungannya dengan kedua provinsi tersebut dan akan dengan mudah menang telak di daerah tersebut. Ditambah dengan desas desus yang menyatakan bahwa seorang Sandiaga Uno digadang-gadang akan menemani Ganjar Pranowo sebagai calon wakil presiden di pilpres 2024 nantinya. Duet ini akan jadi duet yang tidak terkalahkan di pilpres 2024.
Hal ini disebabkan Sandiaga Uno yang memegang jutaan suara milenial yang tentunya dapat mendongkrak suara yang telah dimiliki oleh Ganjar Pranowo sebelumnya. Harus diingat bahwa milenial di pilpres 2024 memegang suara yang tidak sedikit yakni mendekati 50% pemilih merupakan pemilih milenial. Jika hal ini benar terjadi di masa depan, sudah dapat dipastikan bahwa Anies kalah telak dan tidak memiliki kemungkinan kecil untuk menang karena suara mayoritas ada di tangan Ganjar-Sandi
Sorotan juga datang kepada partai yang pertama kali mengusung atau mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden pilihan, yakni Nasdem. Bagaimana tidak, Nasdem dicap tidak setia kepada pilihannya saat dahulu mendeklarasikan Anies sebagai cawapres dan berpaling dari pandangan Jokowi. Padahal sebagian besar kader Nasdem tidak setuju bahwa Anies dideklarasikan sebagai cawapres dalam pemilu 2024 nanti.
Koalisi perubahan untuk persatuan juga pernah berselisih pendapat pada saat pengesahan UU Cipta Kerja pada Bulan Maret 2023 lalu. Partai Demokrat dan PKS menolak mentah-mentah pengesahan UU Cipta Kerja sementara Partai Nasdem memberikan lampu hijau terhadap pengesahan UU Cipta Kerja.
Kejadian menganehkan ini sontak membuat bingung masyarakat yang tadinya jor-joran untuk memilih Anies Baswedan di Pemilihan Presiden di tahun 2024 nantinya. Karena pasti banyak dari mereka bertanya tanya tentang bagaimana kinerja trio koalisi tersebut nantinya seandainya Anies Baswedan sukses dalam pilpres 2024. Jika masalah UU Cipta kerja saja masih berselisih seperti ini, bagaimana jika nanti ada masalah genting di Indonesia? Apakah mereka akan berselisih pendapat juga? Bagaimana penyelesaiannya jika koalisi ini tidak satu pemahaman tentang sesuatu yang menyangkut masyarakat?
Bisa anda bayangkan jika benar Anies Baswedan memimpin dan dikendarai 3 parpol tadi, akan sekemelut apa pengambilan keputusan nantinya. Hal keburukan ini ditunjukkan sendiri oleh koalisi Anies Baswedan, tidak ada yang memancing koalisi Anies Baswedan melakukan blunder yang tidak perlu seperti ini. Bersyukurlah kita karena diperlihatkan blunder tersebut sedini ini, sehingga beberapa orang bisa berpikir ulang tentang kualitas pilihan mereka sendiri di pilpres 2024 nanti. Dengan blunder dan desas-desus kelemahan elektabilitas Anies Baswedan, apakah sudah seharusnya Anies Baswedan dan 3 partai koalisinya (Nasdem-PKS-Demokrat) ditinggalkan?
Oleh sebab itu, pemilih diharapkan jangan langsung fanatis terhadap pilihan masing-masing karena akan banyak kontroversi yang muncul dari pihak yang dipilih. Jadilah pemilih yang cerdas, pemilih yang memikirkan sesuatu dengan matang, rasional, dan selalu berpikiran ke masa depan. Karena sekali lagi, kita akan memilih seseorang dengan latar belakang partai tertentu untuk memimpin Indonesia tercinta ini selama 5 tahun ke depan, hendaknya orang dan partai di belakangnya merupakan pihak yang terbaik bagi bangsa dan bagi rakyatnya
[ad_2]
Source link