[ad_1]
Indonesia Menjadi Lahan Investasi Kendaraan Listrik
Oleh : Rizki Kurnia
Kendaraan listrik digadang-gadang akan menjadi salah satu fokus pemerintah Indonesia dalam hal investasi. Hal ini ditunjukkan dengan keberhasilan pemerintah dalam menangkap komitmen baru dari para pelaku industri otomotif skala besar asal Jepang dengan total Rp 37 triliun untuk program kendaraan bermotor berbasis listrik dalam kurun waktu hingga lima tahun ke depan.
Tercatat dana tersebut berasal dari Toyota Motor Corporation (TMC) untuk pengembangan mobil hibrida baru dan Mitsubishi Motors Corporation (MMC), yang bakal fokus memproduksi kendaraan jenis Xev dari model Xpander dan Pajero Sport.
Langkah tersebut sejalan dengan upaya Indonesia untuk menjadi pemain global dari era elektrifikasi kendaraan bermotor di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN, karena memiliki ketersediaan bahan baku kendaran listrik berupa nikel.
Selain itu, populasi Tanah Air yang mencapai 270 juta jiwa juga menjadi potensi tersendiri untuk kemajuan program percepatan kendaraan listrik. Tidak heran jika pemerintah RI menargetkan hanya akan menjual kendaraan listrik di tahun 2050.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, dirinya percaya bahwa permintaan untuk kendaraan listrik, baik pada kendaraan roda empat maupun roda dua akan terus meningkat di Indonesia dan wilayah ASEAN.
Lebih jauh disebutkan apabila investasi tambahan yang dikucurkan TMC sebanyak Rp 27,1 triliun. Ini merupakan terusan komitmen perseroan yang sudah dilakukan sebesar Rp 14 triliun sejak 2019 untuk ekspansi bisnis dan pengembangan.
Sementara Rp 10 triliun sisanya, diberikan oleh MMC untuk pengembangan bisnis di Indonesia. Dana ini, merupakan terusan komitmen yang sudah dilakukan oleh perseroan hingga akhir 2021 sebesar Rp 11,3 triliun. Setelah 2023, MMC akan berfokus memproduksi model jenis Xev yang terdiri dari model Xpander dan Pajero Sport. Selain itu, MMC juga akan memproduksi dua model kendaraan baru Electri Vehicle (EV) mulai 2024.
Vice Chairman TMC, Shigeru Hayakawa mengatakan, bahwa dengan kucuran investasi yang besar itu, diharapkan pemerintah Indonesia akan semakin serius dalam menggarapera kendaraan bermotor berbasis listrik.
Di sisi lain, pemerintah RI juga berhasi menangkap investasi besar dari beberapa industri skala besar asal Jepang, seperti Sojitz Corp di bidang proyek metanol, Mitsubhisi Corp di polyester film, Toyota Shusho di bidang pengelolaan, sampai Inpex Corp pada bidang migas.
Berdasarkan catatan kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi asal Jepang di Indonesia pada 2017 hingga Juni 2022 mencapai 20,86 miliar dolar AS atau setara Rp 312 triliun dan berada pada peringkat kedua negara asal investasi ke Indonesia.
Selama periode 2019-2022 negara di Asia Tenggara telah meneriman foreign direct investment atau investasi asing langsung untuk pengembangan industri kendaraan listrik sebesar 25,57 miliar US Dolar. Hal ini dilaporkan oleh Sekretariat ASEAN dalam ASEAN Investment Report yang dirilis pada September 2022.Dalam laporan tersebut menjelaskan, meski pandemi, investor industri otomotif di ASEAN tetap aktif, terutama dalam rantai pasok kendaraan listrik.
Adapun selama 2019-2022, aliran investasi asing untuk industri kendaraan listrik di kawasan ASEAN, paling banyak masuk ke Indonesia, dengan nilai total mencapai 17,8 miliar US Dolar.
Di urutan setelahnya ada Thailand, Malaysia, Filipina dan Singapura seperti terlihat pada grafik. Sedangkan negara ASEAN lainnya, yaitu Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam dan Brunei Darussalam tidak tercatat menerima aliran investasi asing serupa.
Sementara itu, Kementerian Investasi mencapat empat perusahaan raksasa dunia masuk ke dalam ekosistem baterai dan mobil listrik. Investasi tersebut memperkuat rencana pemerintah untuk mendorong hilirisasi nikel dan menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi baterai dan mobil listrik dunia. Keempat perusahaan raksasa tersebut adalah ; LG Energy Solutions, Contemporary Amperex Technology atau CATL, Foxconn dan British Volt.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa arah kebijakan investasi ke depan ditujukan untuk bisa mendorong sektor hilirisasi . Setidaknya ada dua konsep hilirisasi yang akan dibangun oleh pemerintah. Pertama yaitu hilirisasi berbasis teknologi untuk menciptakan nilai tambah. Sementara kedua adalah investasi yang didorong untuk masuk ke sektor padat karya.
Menurut laporan lembaga riset pasar asal Korea Selatan, SNE Research, penggunaan baterai kendaraan listrik secara global mencapai 203,4 gigawatt-hour (GWh) sepanjang semester I-2022. Capaian ini meningkat 76,8% dibandingkan semester I tahun lalu yang sebanyak 115,1 GWh.
SNE Research juga melaporkan, perusahaan produsen baterai kendaraan listrik terbesar global pada periode ini adalah Contemporary Amperex Technology atau dikenal CATL.
Indonesia telah berhasil menarik minat investor untuk menjalin kerja sama di Indonesia, hal ini tentu saja menjadi kabar baik, karena dengan adanya investasi, perekonomian akan meningkat dan angkatan kerja akan semakin banyak terserap.
)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara
[ad_2]
Source link